Argumentum Ad Nauseum

Strategi Al-Quran membantah Argumentum Ad Nauseum

Oleh: Hanifsoul.com

ad nau·se·am    (ād nô'zē-əm)  [(ad naw-zee-uhm)]  
adv.  To a disgusting or ridiculous degree; to the point of nausea.
[Latin ad, to + nauseam, accusative of nausea, sickness.][i]

"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

(Arrahman:55:13)

 
 

"Bukan saya pak!!"

"Tapi ini katapelmu, Smith!!"

"Bukan saya pak!!"

"Dan,ada saksi-saksi yang melihat kamu memungut batu."

"Bukan saya pak!!"

 
 

Dalam bukunya Professor Logika Madsen Pirie[ii] mengatakan bahwa sekedar mengulang-ulang suatu pandangan tidaklah berarti menambah bukti atau dukungan terhadapnya. Tapi, pengulangan bisa mengikis kekritisan. Ada anggapan sangat keliru bahwa suatu perkara mungkin benar jika terlalu sering terdengar berulang-ulang.



Terkadang seseorang berpikir bahwa dengan dia mengulang-ulang terus idenya maka sepertinya orang lain akan mempercayainya. Dengan kata lain dia berusaha meyakinkan orang lain tidak dengan alasan dan bukti yang benar, namun berargumen dengan cara mengulang ulang idenya secara terus-menerus. Terkadang terjadi begitu cepat namun terkadang terjadi begitu lama.

Taktik ini sering disebut dengan Argumentum Ad Nauseum. Argumen ini menggunakan pengulangan terus menerus, seringkali di hadapan segunung bukti yang menentang suatu pendapat, supaya pendapat itu lebih mungkin diterima.

"Di sini ada snark! Sudah kubilang itu tiga kali; apa pun yang kubilang sampai tiga kali pasti benar."

(Padahal dia tidak bisa ngomong lain, karena tidak ada bukti).

Tujuan Argumen ini adalah untuk mempengaruhi audiens, baik dengan menggerogoti penolakan mereka maupun mengelabui mereka sehingga mengira semua sangkalan terhadap pernyataan apa yang diulang telah diatasi, yang memanfaatkan faktor psikologis alih-alih nalar. Penggunaaan kesalahan logika ini adalah dengan berharap bahwa dengan diulang-ulangnya argumen tersebut, audiens merasa kelelahan, dan bosan sehingga mereka mengatakan percuma menentang taktik tersebut.

Argumen ini sering dipakai oleh para politisi, terdakwa maupun advertising iklan dalam mempengaruhi audiensnya masing masing. Cara penggunaaannya sangat gampang sekali: anda cukup mengulang-ulang pendapat anda, dan cuek dengan lawan bicara anda. Semakin sering semakin lama di ulang ulangnya semakin efektif mempengaruhi pengamat.

Bagi yang sudah mahir dengan Argumen ad Nauseum sangat sulit terlihat seperti kalimat yang digunakan Anggota Parlemen ini:

"Saya menanggapi tuduhan melalaikan tugas sebagai menteri pada 9 November dengan mengatakan bahwa tidak ada yang perlu saya tambahkan dalam pernyataan saya pada 4 Juni. Saya tak perlu mengulanginya lagi sekarang."

(Intinya, kalimat ini ingin menyatakan bahwa "bukan saya, pak!")

Professor Madsen Pirie memberikan pendapat bahwa cara efektif membantah argumen ini adalah dengan argumen ancaman kekuasaan alias pentungan. Namun bagaimanakah cara Al-Quran yang berikan solusi untuk masalah ini?

 
 

Strategi Al-Quran

Lalu bagaimana dengan Al-Quran?, sayangnya banyak kaum agamawan sering menggunakan Argumentum ad Nauseum ini sebagai memperkuat pendapatnya atau yang sering disebut dengan pengulangan dogma Agama. Padahal dalam Al-Quran terdapat satu surah yang sangat terkenal dengan pengulangannya yaitu surat Ar-Rahman surat yang ke 55 namun terdapat pelajaran yang sangat berharga.

Dalam surat Ar-Rahmah tersebut terdapat ayat yang sering diulang-ulang sebanyak 31 kali, bayangkan 31 kali pengulangan!!. Dan Penulis berani berkata belum ada kitab-kitab agama lain atau kepercayaan lain yang mempunyai satu surah yang seperti ini.

Inilah ayat yang sering diulang ulang sebanyak 31 kali tersebut :

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. 55:13)

Dalam buku Tafsir Asbabun Nuzul surat ArRahman dari DEPAG Indonesia[iii] dikatakan bahwa Allah SWT menantang manusia dan jin; nikmat manakah dari nikmat-nikmat yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan. Yang dimaksud dengan pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap Tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah Yang Memberi nikmat-nikmat kepada mereka.
Ayat tersebut diulang-ulang dalam surah ini tigapuluh satu kali banyaknya untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari itu, sambil Dia menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat tentang adanya nikmat-nikmat tersebut.

Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu, telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang telah menerima kebaikannya, tetapi ia mengingkarinya,

"Bukankah engkau dahulu miskin, lalu aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak berpakaian, maka aku memberi pakaian; apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak dikenal, maka aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal apakah engkau mengingkarinya?".
Seakan-akan Allah SWT berkata, "Bukankah Aku menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan bermacam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada Ku, terkadang Aku menyiraminya dengan air hujan, adakalanya dengan air sungai dan alur-alur; apakah kamu hai manusia dan jin mengingkari yang demikian itu?".

Inilah strategi untuk menghadapi argument Ad Nauseum yaitu dengan cara yang hampir sama dengan argument Ad Nauseum namun ditambahkan dengan memberikan pengulangan bukti dan pendapat yang lebih banyak dan lebih sering daripada Argumen Ad Nauseum dan disertai dengan bukti daripada hanya sekedar pengulangan tanpa bukti.

Coba kita bedah kalimat di muka awal tadi yang hanya dengan bukti (dan ini sering digunakan telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang telah menerima kebaikannya, tetapi ia mengingkarinya). Namun dalam hal ini contoh yang digunakan oleh Prof.Madsen Pirie :

"Bukan saya pak!!"

"Tapi ini katapelmu, Smith!!"

"Bukan saya pak!!"

"Dan,ada saksi-saksi yang melihat kamu memungut batu."

"Bukan saya pak!!"

 
 

Sekarang kalau dengan cara menuduh dengan bukti :

"Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

"Tapi ini katapelmu, Smith!!"

"Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

"Dan,ada saksi-saksi yang melihat kamu memungut batu."

"Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

 
 

Sekarang 22nya memakai argumentum ad nauseum (tanpa bukti):

"Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

 "Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

 "Pasti Kamu Pelakunya!!"

"Bukan saya pak!!"

 
 

Namun Al-Quran lebih elegan dan canggih adalah bukan dengan cara menuduh pelaku,  namun AL-Quran berargument dengan cara mememberikan satu persatu bukti hingga menjadi bukti dilautan sumudra jagat raya yang diselingi pertanyaan yang sama dan berulang-ulang.

Sekarang coba lihat nuansanya dengan memakai strategi Al-Quran, masih dengan memakai kasus di atas:

"Bukti apa lagi yang kamu dustakan?!!"

"Bukan saya pak!!"

"Tapi ini katapelmu, Smith!!"

"Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!"

"Bukan saya pak!!"

"Dan,ada saksi-saksi yang melihat kamu memungut batu."

"Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!"

"Bukan saya pak!!"

"Dan,korban melihat kamu melempar batu itu dengan katapelmu ke arahnya!!

"Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!"

"Bukan saya pak!!"

"Maka, lihatlah bukti ini dan bukti itu

""Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!"

"bukan saya pak..T_T…..hiks hiks…

"Maka, lihatlah bukti x dan bukti z!!"

""Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!"

"saya tidak perlu mengulang pernyataan saya sebelumnya…"

"Maka, lihatlah bukti 1,2,3,dan 5!!!

"Bukti apalagi yang kamu dustakan?!!

 
 

Strategi ini digunakan untuk membuat serang balik kelelahan, kapok, kecapaian si pelaku yang menggunakan taktik argumentum ad nauseum dan membuat pengamat melihat siapa sebenarnya yang bersalah.

 
 

Inilah strategi Al-Quran yang mulia yaitu memberikan bukti satu persatu dan disandingkan dengan "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan??" yang seharusnya Prof.Logika Madsen Pirie membacanya dan kita gunakan, bukan dengan cara pentungan.

Wallahu'alam bishowab.


[i]
http://dictionary.reference.com/browse/ad%20nauseam diakses tanggal 1 Desember 2009

[ii]
Pirie Madsen, How To Win Every Argument: The Use And Abuse Of Logic,2004, Continuum, London.  

[iii] Tafsir Al-Quran Departemen Agama

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Argumentum Ad Nauseum"