Resume ceramah singkat Ust.Dr.Yasir Qadhi
Sebenarnya saya ingin membuat subtitle dari video ceramah beliau, namun beliau termasuk pembicara cepat sehingga agak kesulitan untuk membuat subtitlenya. Akhirnya sebagai solusi dibuatlah resume dari isi ceramah singkat beliau.
Beliau memakai premis fundamental, kemudian dijelaskan premis tersebut secara singkat. Setelah itu beliau membeberkan dan menjelaskan 3 keadaan/skenario yang berpotensial dianggap science dan Islam bertentangan. Dan pada dasarnya 3 keadaan tersebut tidaklah menegasikan premis fundamental yang beliau utarakan.
Selanjutnya beliau juga memperingati kita, untuk bagaimana sikap muslim yang benar terhadap “keranjingan” membaca science di dalam Al-Quran. Karena hal ini berpotensi mendiskreditkan kita dan Al-Quran, alih alih ingin berdakwah malah ditertawakan. Selanjutnya ada pesan terakhir dan sebagai penekanan pendapat beliau ada yang disebut Mukjizat terbesar Al-Quran dalam konteks science dan itulah rahasia yang menjadi penyebab mengapa Al-Quran tidak bertentangan dengan science.
Berikut isi resume dari saya :
Premis Fundamental :
“Tidak akan pernah ada benturan antara Actual Science kebenarannya sudah diyakini 100% dengan Otoritas Teks Islam.”
Dari premis fundamental tersebut, ada 2(dua) kondisi yang harus dipenuhi dari premis fundamental agar tidak akan saling bertentangan :
1. Actual Science 100%, bukan lagi keraguan, bukan prasangka (zhan), bukan teori hipotesis lagi tapi sudah menjadi fakta yang tak bisa terbantahkan dan disepakati oleh seluruh scientist. sebagai contoh : Kita sudah mengetahui Bumi itu bulat, Bumi mengelilingi Matahari.
2. Al-Quran yang Qath’i, Jika ketetapan Al-Quran sudah pasti Yakin (Qath’i), maknanya sudah eksplisit.
Dari premis fundamental tersebut di atas, ada 3 (tiga) skenario yang berpotensial dianggap ada benturan antara Science dan Islam, yaitu :
1. Skenario Antara Islam dan Science belum sampai ke tahap kesimpulan final yang Yakin (Qath’i). Kedua duanya masih menggunakan prasangka (zhan) hipotesis, teori.
Sebagai contoh : Keberadaan eksistensi Alien
Dari hasil eksperimen manusia, scientist belum bisa memberikan jawaban secara pasti dan tidak diketahui apakah Alien itu benar benar ada atau tidak. Dalam Islam-pun juga banyak pembicaraan tentang keberadaan Alien. Secara pribadi Dr.Yasir Qadhi menyatakan bahwa Beliau meyakini Allah SWT bisa menciptakan makhluk lain di luar angkasa, namun ini masih bersifat Prasangka (Zhan) bermakna ambigu bukan suatu yang jelas ketetapannya di dalam Al-Quran secara Qath’I bahwa makhluk di luar angkasa itu benar benar ada atau tidak.
Jadi di antara Science dan Islam, jika kedua duanya masih dalam lingkup Keragu-raguan, maka tidak ada konflik fundamental antara keduanya, Tidak masalah Muslim atau scientist ada yang percaya Keberadaan Alien, atau juga tidak masalah baik Muslim maupun Scientist yang menolak keberadaan Alien karena belum terbukti 100% ada.
2. Skenario Science sudah sangat yakin 100% (Qath’I) faktual, sedangkan dalam Islam masih bersifat Prasangka (Zhann), karena cara intrepretasi yang berbeda beda Terhadap Al-Quran yang bermakna ambigu. Dalam skenario ini, tidak ada masalah jika Science dipersilahkan untuk dikutip untuk menegaskan makna imbigu dari Al-Quran.
Sebagai Contoh : Bumi Datar atau Bulat.
Ada beberapa Theologis dan beberapa Ahli Fiqh yang mengatakan bahwa Bumi itu Datar di Zaman Pertengahan Peradaan Islam. Namun Ibnu Taimiyah Rahimahullahu ta’ala dalam bukunya Majmu’ Fatawa beliau mengatakan bahwa:
“Ada Kesepakatan (Ijma) Ulama-Ulama dan Para Ahli Astronomi bahwa Bumi itu bulat.”
Beliau menulis hal itu, sebelum orang lain mengatakan bumi itu bulat. Meskipun ada beberapa ulama seperti Imam Suyuti dan lainnya mangatakan bahwa bumi itu datar.
Tafsiran yang berbeda itu terjadi karena ada ayat Al-Quran yang maknanya ambigu seperti Allah SWT berfirman : Bahwa Kami ciptakan bumi dengan “Vast Place”.
“Vast Place” bisa kita terjemahkan bahwa bumi itu Luas dan Besar dan makanya disimpulkan oleh beberapa ulama bahwa Bumi itu datar dilihat dari pandangan mata , Namun ulama lain mengatakan bahawa “Vast Place” Luas dan Besar tidak melulu bermakna Datar, bisa juga Bulat dan tetap bumi itu tempat yang Luas dan Besar.
Contoh lain Tahapan Penciptaan manusia “Alaqah” diterjemahkan di abad 7-8 diterjemahkan dalam bahasa arab adalah sebagai “darah beku” “Clot of Blood” padahal makna sebenarnya dari Alaqah adalah to hang, to suspended, to stick, to cling atau “sesuatu yang melekat”. Sehingga di zaman dahulu darah mengering menempel pada kulit kita dalam konteks ketika luka disebutlah “Clot of Blood” karena dia menempel pada kulit. Namun science modern menyatakan tidak ada namanya Clot of Blood, tapi di satu sisi malah mengkonfirmasi makna dasar dari “Alaqah” ini. Karena makna dasar Alaqah dalam buku Kamus Hans Wehr adalah : to hang, to suspended, to stick, to cling dsb. (menempel, melekat) dan berarti ada sesuatu yang melekat. Subhanallahnya sebelum ditemukan adanya tahapan embriologi di zaman dulu dan sekarang telah ada tahapan embriologi bahwa ada sesuatu yang menempel oleh science. dan secara bahasa Al-Quran kata Alaqah masih bisa direintrepertasi dengan makna yang dimaksud oleh science. Karena Bahasa Al-Quran membolehkan kita untuk menerima hal tersebut. (Lebih jelasnya baca makalah Embryologi in The Quran oleh Hamza Tzortsis yang tidak mungkin lagi bisa dibantah-penulis)
3. Sekenario ketiga dan yang terakhir adalah dalam dunia Science masih ada perdebatan dan tidak yakin 100% masih menggunakan teori teori hipotesis dan faktanya tidak utuh, sedangkan dalam Al-Quran Secara absolut sudah sangat jelas eksplisit maknanya.
Contohnya adalah Penciptaan Nabi Adam A.S,
Dalam dunia scientist ada anggapan Nabi Adam A.S adalah merupakan salah satu pembentukan dari proses Evolusi, sedangkan di dalam Islam sudah disepakati secara Absolut oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, bahwa Nabi Adam A.S diciptakan langsung oleh “tangan” Allah SWT yang diturunkan dari Surga ke Bumi, dan kita adalah anak cucu Nabi Adam A.S.
Dan dalam dunia Science masih belum 100%, masih zhan teori, bahwa proses evolusi dalam konteks “Human evolusi”, hanyalah bagaimana membuat garis penghubung titik titik fakta secara bersamaan. Jadi, fakta titiknya ada, namun fakta garis penghubungnya yang tidak ada.
Itulah 3 skenario yang berpotensial dianggap konflik antara Science dan Islam. Yaitu :
1. Science/Islam masih berteori hipotesis,
2. Science sudah 100% tapi Islam masih bermakna ambigu,
3. Science masih berteori hipotesis dengan fakta yang tidak utuh, tapi Islam sudah bermakna eksplisit jelas (qath’i).
Point terakhir kita harus sangat berhati hati untuk terlalu banyak membaca Science di dalam Al-Quran, dan Al-Quran bukanlah buku Science. Beberapa Akademisi, Ulama secara ekstrim membaca, menuliskan dan menyebarkan ratusan mukjizat yang ada di dalam Al-Quran tentang science. Hal ini hanya akan menambah skeptisism di kalangan non-muslim bahkan menertawakan. Seperti apakah Allah SWT memprediksi “perjalanan waktu” di dalam surat Ar Rahman? Tentu tidak, Allah tidak memprediksi perjalanan waktu, namun juga tidak menolaknya. Dan prediksi prediksi science lainnya di dalam Al-Quran.
Permasalahannya adalah ketika Science masih bersifat teori dan belum yakin 100% dan dikaitkan dengan kemukjizat science Al-Quran, bagi kalangan Non-Muslim mengatakan bahwa itu bukanlah Science yang Aktual (Qath’i), kita telah membuat malu diri kita dan mendiskredit Al-Quran.
Namun lebih baiknya, dalam pandangan sederhana oleh Ust.Yasir Qadhi mengatakan bahwa :
“Mukjizat TERBESAR tentang Al-Quran dalam konteks science adalah : FAKTA bahasa dan kata kata yang dipilih-gunakan AL-Quran tidak mengkonfirmasi teori teori science di abad pertengahan. Namun bahkan bahasa dan kata kata yang digunakan Al-Quran malah menerima dan mengkonfirmasi Modern Science saat ini.”
Artinya, Teori teori yang dominan di abad ke-7 sd 8 Masehi, Al-Quran tidak menggunakan bahasa bahasa teori mereka. Justru Keindahan bahasa Al-Quran adalah membiarkan teori teori lama, dan membolehkan dan bahkan memimpin modern science untuk saling kongruen dengan Al-Quran. Al-Quran bukanlah buku science, dan modern science membolehkan Al-Quran untuk dibaca karena tidak kontradiksi dengan science.
>>END RESUME<<
Demikianlah resume singkat dari ceramah Ust.DR.Yasir Qadhi kaitan topik yang sangat dalam antara Science dan Islam. Dari gambaran tersebut di atas, kita bisa melihat mana science yang bersifat Qath’I atau masih dalam perdebatan teori berlabel fakta yang tidak utuh semata. dan saya pribadi setelah melihat ceramah Dr.Yasir Qadhi juga bisa semakin jelas membedakan dengan contoh contoh lainnya mana science teori yang perlu ditolak karena tidak sesuai dengan Al-Qur’an yang Qath’i, dan mana makna Al-Quran yang ambigu bisa diambil maknanya yang sesuai dengan science yang Qath’i. Sebagai contoh : Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, dalam Islam ini sudah Qath’I, dan juga di dukung fakta yang tak terbantahkan science yang qath’i. Namun dalam dunia science masih bertebaran teori teori hipotesis bagaimana menawarkan manusia bisa hidup kekal seperti yang dikatakan Dr.Ioanes Rakhmat sang penganut scientisme walau dia bukan scientist, dalam artikelnya yang mengimani (meyakini dengan zhan prasangka) bahwa manusia bisa hidup kekal di dunia ini.
http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2011/12/janji-hidup-kekal-di-surga-mungkinkah.html
Bagi yang kurang puas dan ingin melihat mendengarkan secara langsung ceramah ust.Dr Yasir Qadhi bisa melihat video youtube : http://www.youtube.com/watch?v=F50FWQ7Mp38
Asrama KOSPIN Weleri,
hanifsoul@2013
0 Response to "APAKAH SCIENCE DAN ISLAM BISA SALING BERJALAN BERGANDENGAN TANGAN?(resume)"
Post a Comment