Verecundiam, argumentum ad Otoritas Palsu

Verecundiam, argumentum ad - Otoritas Palsu

“Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai”[i]


Banyak Kisah Nabi Musa.A.S Vs Fir’aun di ulang-ulang dalam Al-Quran tentang tuntutan pembuktian yang Nyata dari pihak Nabi Musa A.S kepada Fir’aun yang hingga akhirnya Fir’aun mendatangkan para ahli sihir segala penjuru untuk mengalahkan pembuktian Nabi Musa A.S. Sekelumit cerita tersebut bisa dibaca dalam surat Asy-Syu’araa ayat 33 s.d. 51.


Dalam kisah tersebut ada beberapa pihak yang terlibat dalam dialog yaitu




  1. Nabi Musa A.S dan saudaranya Harun A.S

  2. Raja Fir’aun

  3. Kalangan Dewan Bangsawan Pemerintah Fir’aun

  4. Ahli-ahli Sihir


Namun ada perbedaan reaksi ketika Nabi Musa A.S memberikan Bukti yang Nyata berupa Mukjizat.


-         Yang bereaksi menolak dan menuduh Nabi Musa sebagai Pemimpin para ahli sihir adalah:




  1. Fir’aun dan

  2. Di dukung kalangan Dewan Bangsawan Pemerintah Fir’aun.


-         Sedangkan yang bereaksi terkaget kaget dan menerima bukti nyata tersebut adalah :




  1. Para Ahli Sihir.


Perlu diketahui para ahli sihir ini adalah sangat profesional dalam bidangnya hingga mereka berani meminta bayaran mahal kepada fir’aun sebelum bertanding sihir dengan Nabi Musa A.S:


“Maka tatkala Ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah Kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika Kami adalah orang-orang yang menang?"


Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".[ii]


Dengan dikabulkan permintaan mereka oleh fir’aun menandakan fir’aun mengakui keahlian mereka dalam bersihir. Selain itu dialog para ahli sihir dengan Nabi Musa A.S sebelum bertanding juga menandakan bahwa para ahli sihir tersebut sangat yakin dan percaya diri dengan keahliannya hingga tidak perlu ada rekayasa trik dan intrik licik dalam mengalahkan Nabi Musa A.S  selain murni dengan keahlian mereka sendiri:


“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"[iii]


Diksi tersebut menunjukkan tingkat psikologis kepercayaan diri yang tinggi bahwa para ahli sihir itu yakin akan bisa mengalahkan Nabi Musa.A.S. Mereka tidak berkeberatan bahkan menawarkan kesempatan apakah Nabi Musa A.S mengambil kesempatan pertama atau terakhir.


Jadi tidak diragukan lagi bahwa Ahli sihir tersebut memang profesional ahli dalam bidang ilmu persihiran yang bisa dipelajari.


Letak kesalahan logikanya adalah : Kenapa Raja Fir’aun yang tidak tahu menahu dan tidak bisa membedakan mana yang sihir dan mana yang bukan sihir berani mengatakan bahwa Nabi Musa A.S adalah pemimpin ahli sihir. Sedangkan para ahli sihir yang dengan otoritas keilmuannya yang tidak diragukan lagi mengatakan bahwa Itu (mukjizat) Nabi Musa A.S bukanlah sihir. Yang mana kita harus percayai ? Perkataan Raja Fir’aun yang memiliki otoritas pemerintah kerajaan atau Otoritas keilmuan Para ahli sihir?


--------------------------------------


Verecundiam, argumentum ad mengandalkan otoritas palsu.[iv] Walau boleh saja mengutip pendapat para pakar untuk mendukung, menganggap para pakar di satu bidang pasti bisa mendukung bidang selain keahliannya itu sesat. Kalau sang pakar tak punya keahlian di bidang yang terkait, ia menjadi otoritas palsu.


“Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai”[v]


(Kalau di periksa, Fir’aun bukanlah ahli sihir tapi dia ahli dalam pemerintahan kerajaan, jadi dia tidak berhak mengatakan seseorang itu ahli sihir apa tidak)


Sebenarnya banyak sekali contoh-contoh otoritas palsu yang digambarkan dalam Al-Quran selain kisah Fir’aun. Pengetahuan itu terspesialisasi, dan sampai batas tertentu kita harus menerima pandangan otoritas. Ada keengganan umum untuk menantang pandangan seseorang yang tampak jauh lebih ahli daripada orang biasa. Ketika dukungan untuk suatu posisi dianjurkan berdasarkan pendapat seseorang yang tampaknya lebih ahli padahal sebenarnya tidak, jurus argumentum ad verecundiam pun terjadi.


Ekspresi ini pertama kali diperkenalkan oleh John Locke  di dalam buku An Essay Concerning Human Understanding, Book IV Chapter XVII[vi] . Maksud dari bahasa Latin verecundia adalah Kerendah hatian atau perasaan malu.[vii]


Pola dengan Otoritas Asli adalah sebagai berikut :




  1. Mr.X ahli dalam bidang Y,

  2. Mr.X membuat statement Z

  3. Z adalah subjek di dalam Bidang Y

  4. Maka, Z adalah benar


Sedangkan Pola dengan Otoritas Palsu atau argumentum ad verecundiam adalah sebagai berikut :




  1. Mr.X ahli dalam bidang Y,

  2. Mr.X membuat statement Z

  3. Z adalah subjek di luar Bidang Y

  4. Maka, Z adalah benar


Dalam hal Kisah Nabi Musa A.S ini yang termakan jurus argumentum ad verecundiam terjadi kepada para pembesar-pembesar Pemerintah Fir’aun yang lebih percaya perkataan fir’aun daripada perkataan ahli sihir.


Kesesatannya terletak pada hadirnya bahan yang tak berpengaruh kepada perkara yang di bahas. Kita tak punya alasan menduga bahwa pendapat para pakar lebih berbobot daripada pendapat kita sendiri. Upaya membuat pendapat kita sendiri mengalah kepada otoritas yang meragukan, memanfaatkan rasa hormat kita terhadap posisi dan prestasi, serta memakainya untuk menggantikan alasan dan bukti.


Minyak wangi para bintang.


(Karena hanya sedikit di antara kita yang cukup beruntung bisa mengendus para bintang pujaan. Pendapat mereka mengenai hal ini barangkali kalah menarik ketimbang pendapat orang biasa di sekitar kita)


Dalam dunia modern sekarang Argumentum ad verecundiam mendominasi dunia Advertising periklanan. Orang orang yang dianggap layak dan dikagumi dan dihormati karena prestasinya sering turun ke dunia kita untuk memberi nasihat mengenai hal hal sepele. Para ahli artis celebritis bersedia berbagi pengalaman mereka mengenai trend mode pakaian, kopi instan dan makanan kucing.


Boleh saja Pemain Bola profesional berbakat yang baru diberikan anugerah pemain terbaik Dunia memberi opini mengenai sepatu bola, tapi bagaimana dengan opininya tentang pisau cukur? Tapi mereka melakukannya di iklan. Mereka yang terkenal sebagai pembawa acara radio dan televisi menunjukkan kepakaran mereka mengenai sabun cuci dengan aksi enzim atau hebatnya minyak goreng omega tiga tidak jenuh ganda. Iklan Valentino Rossi atau Stoner wajar memberikan saran merk motor yang mereka gunakan, Tapi bagaimana dengan Ronaldo pemain bola memberikan saran merk motor yang dia gunakan?.


--------------------------------------


Nampaknya sangat jelas bahwa otoritas palsu merupakan daya tarik tersendiri dan sangat menyesatkan audiens. Lalu bagaimana Al-Quran menyikapi hal ini :


“Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”[viii]


Garry Miller ahli matematika dan mantan missionaris ulung dalam bukunya memaparkan sesuatu metode yang diajarkan dalam Al-Quran yang tidak ada di dalam sistem keyakinan agama lain tersebut bahwa tantangan Al-Quran justru ingin mengundang para pakar dibidangnya untuk menguji Keaslian Informasi Al-Quran dari Allah SWT sesuai bidangnya masing-masing. Karena mereka belum tahu sebelumnya.[ix] Sehingga kalaulah Iklan iklan buatan manusia lebih sering menggunakan kesesatan logika argumentum ad verecundiam, maka Al-Quran sebaliknya mengiklankan Al-Quran dari Allah SWT didukung oleh para pakar ahli dibidangnya masing-masing bahkan termasuk pakar ahli sihir yang bertaubat.


Pola sederhana dari Al-Quran tentang argumentasi Otoritas Asli adalah sebagai berikut :




  1. Allah SWT Maha Tahu Segalanya

  2. Allah SWT membuat statement Z  yang dianggap manusia termasuk di bidang X

  3. Para Ahli di bidang X meneliti dan menerima statement Z

  4. Maka, Statement Z adalah benar


Sedangkan jika otoritas palsu, maka nomor 3 :Para ahli di luar bidang X meneiliti dan menerima statement Z.


Sebenarnya Otoritas Alllah SWT tidak bergantung kepada otoritas keilmuan manusia, namun untuk keperluan pembuktian kepada manusia, maka otoritas Allah SWT mengundang para pakar ahli di bidangnya untuk meneliti siapakah sebenarnya yang memiliki otoritas informasi dalam Al-Quran.


Sebagai contoh sederhana otoritas Asli yang ada di buku Garry Miller dalam bab Embriologi hal 14 :




  1. Allah SWT membuat statement dalam QS.Ghafir (40) :67 yang dianggap di bidang Embriologi

  2. DR.Keith Moore ahli di bidang Embriologi meneliti statement QS.Ghafir (40):67

  3. DR.Keith Moore menerima dan terinspirasi dengan statement QS.Ghafir (40):67

  4. Maka, Statement QS.Ghafir (40):67 adalah benar


Atau seperti kisah Nabi Musa Vs Fir'aun beserta Para Profesional Sihir terkait dengan mukjizat yang dianggap sihir oleh fir'aun.


Namun perlu diingat, karena logika argumentum ad verecundiam termasuk logika informal maka kebenaran pernyataan otoritas asli tidaklah mutlak kecuali tidak bisa dibuktikan sebaliknya. Seperti para pakar ahli dibidangnya yang merasa tertantang untuk membuktikan keAslian Al-Quran dari Allah SWT ada beberapa terkadang bersikap skeptis, dan berkomentar yang sebaliknya atau menentang kebenaran Al-Quran. Seperti Ahli bahasa Arab meneliti Bahasa Arab Al-Quran berkesimpulan bahwa Al-Quran tidak termasuk sastra dan budaya Arab tapi lebih kepada produk ERROR bukan dari Allah SWT. Satu sisi kesimpulannya benar Al-Quran bukan berasal dari Sastra dan Budaya Arab, namun kesimpulan selanjutnya adalah yang mengejutkan. Walaupun demikian ada para ahli bahasa Arab yang banyak yang mengakui bahwa Al-Quran itu dari Allah SWT karena bahasanya Tidak terjangkau sastra dan Budaya Arab.


Jadi jika ketika kita tidak memiliki ilmunya maka tanyakanlah kepada orang orang berilmu yang ahli dalam bidangnya serta memiliki otoritas keilmuannya. Jika belajar sepak bola tanyakanlah kepada pemain pelatih bola, Jika masalah Kerasulan sebelum Rasulullah SAW tanyakanlah kepada Ahli Kitab dan Missionaris yang kembali berIslam, Jika masalah membedakan mana sihir dan mana mukjizat tanyakanlah ahli sihir yang menyaksikan dan tersungkur sujud karena MukjizatNya. Jika masalah “alaqah” embriologi tanyakanlah kepada ahli embriologi yang masuk Islam karenanya, jika masalah laut ada dinding terpisah yang tawar dan asin tanyakanlah kepada ahli oceanografi atau Pelaut. Jika masalah tantangan membuat 3 baris ayat Al-Quran berbahasa Arab maka tanyakanlah kepada ahli berbahasa Arab. Dan jika masalah Ketuhanan tanyakanlah kepada Masternya yaitu Rasulullah SAW :


“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia[x]


Sayangnya contoh yang diberikan penulis wikipedia tentang pernyataan Islam tidak mengutip contoh metode di atas. Seolah olah dalam Islam juga memakai metode Argumentum ad Verecundiam, Seperti contoh ini :


Referring to the philosophical beliefs of Jesus, Muhammad, or any other religious figure: "If (religious figure) said it was so, it is so." Such an appeal may be based upon the belief that the speaker in question is holy and, by extension, inerrant. Alternately, the figure may be considered to be an expert on the given subject: "Buddha was a great moral teacher and he said that euthanasia is wrong, so it must be wrong."


Selain itu, celaka lainnya banyak dari kalangan ummat Islam terjebak pada otoritas palsu ini dalam masalah keIslaman itu sendiri, padahal jelas jelas jika tidak memiliki ilmunya bertanyalah pada ahli dalam hal ini alim ulama bukan malah membuat hukum sendiri sendiri. Bagaimana jika seorang artis beragama Islam berbicara tentang hukum foto foto pra-wedding atau rambut rebounding adalah bagian dari ibadah? Padahal jelas jelas mereka tidak memiliki ilmunya. Seperti yang dikatakan dalam surat An-Nahl (16)101 yang berbunyi:


“Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja." Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.”


Jika bertanya tentang sesuatu yang hanya Allah SWT sebagai otoritatif keilmuan untuk menjawabnya. Maka tentu kita tidak akan bisa bertanya kepada Rasulullah SAW karena Rasulullah SAW bukan ahlinya otoritas untuk menjawab (apalagi manusia lain). Seperti kapan Kiamat, kapan kita mati, bisakah diturunkan azab lagi dan lain sebagainya yang Ghaib. Maka berdasarkan artikel Ignorantium sebagai manusia yang terbatas Ilmu Pengetahuannya cukup menjawab dengan “ingin bukti?, tunggulah!!, kamipun menunggu!!” dan menjawab dengan Wallahu’alam bishowab.


“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."[xi]


Banyak sudah yang mengklaim pakar ahli memprediksi kedatangan kiamat besar hingga tanggal pastinya atau menantang Otoritas Allah SWT dan membuktikan kesebalikan dari ayat Al-Quran tersebut di atas bahwa tidak akan pernah terjadi kiamat. Untuk yang mengatakan tidak akan pernah terjadi kiamat, maka waktulah yang akan membuktikan siapa yang memiliki otoritas asli atau palsu, maka menunggu adalah jawaban yang benar. Untuk yang dapat memprediksi kiamat secara detil maka kita akan menunggu tanggal pastinya hingga pasti gugur otoritas palsunya, Jangan jangan anda masih percaya kiamat 2012? Berarti anda termakan argumentum ad verecundiam. Tidak percaya, mari kita menunggu bersama-sama.:-)


“....Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."[xii]




[i] QS As-Syu’araa : 26: 34
[ii] Idem :26 :41-42
[iii] QS Thahaa :20: 65
[iv] Pirie Madsen,How to win every Argument :The use and Abuse Of logic, Continuum, New York, 2006
[v] QS As-Syu’araa : 26: 34
[vi] http://en.wikipedia.org/wiki/Argument_from_authority
[vii] Idem
[viii] QS Al-Anbiyaa’ :21:7
[ix] Miller, Gary, Al-Quran yang mengagumkan, ebook bisa di dapat dalam blog ini.
[x] QS:Al-Furqan : 25:59
[xi] QS Al-‘Araf:7:187
[xii] QS At-Taubah 9:52

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Verecundiam, argumentum ad Otoritas Palsu"